Senin, 10 Desember 2018

GEMPA BUMI 7.0 SR TANJUNG, LOMBOK UTARA

Minggu, 5 agustus 2018 adalah hari yang bersejarah bagi kami di tanjung, lombok utara dan khususnya pulau lombok. Saat itulah hari dimana terjadi suatu bencana besar yang bernama gempa bumi datang kembali setelah mengguncang tanjung di tahun 1970. Saat itu semua pertokoan pasar tanjung yang bertingkat dua semua amburuk rata menjadi tanah dan hingga sekarang kita bisa melihat  menumen gempa bumi di sana tepatnya di perempatan/ simpang empat timur  pasar tanjung disana terdapat meonemen itu bertanfa tangankan oleh presiden soeharto yang menjabat dikalaitu.

Kembali ke bencana di tahun ini merupakan awal mula ketemu kangen gempa bumi dengan berkekuatan 7.0 SR. Menguncaang kota tanjung lagi ditahun 2018 ini. Kepanikan terjadi selama berbulan bulan karna setelah itu detik demi detik susulan gempa bumindatang lagi dalambsekala kecil yang membuat seluruhbwarga yak berani kembali kerumah dulu untuk melihat sepeti apa rumah mereka setelah dinguncang gempa buminini.
Selama satu bulanan kami tinggal di pengungsian beralaskan tikar dan berlangit terpal menunggu bantuan segera datang, di hari 3 setelah gempa bantuan mulai menjangkau  tempet atau posko kami posko dusun kandang kaoq kec. Tanjung.
Bantuan berupa sembako bahan makanan, minan, terpal, selimut serta tikar. 

Selama itu kami meminimalisasi makanan kami yang datang agar semua kebutuhan tercukupi, baik kebutuhan dari anak anak, maupun orang tua jompo.
Kami remaja dan orang tua atas bantuan rumah zakat kami mulai membangun masjid darurat setelah 5 hari stelah itu, karna sudah banyak mendapat bantuan berupa terpal sehingga dapat membantu dalam pembangun masjid darurat ini.
dan kami juga mulai toilet darurat atau biasa di sebut jamban cemplung serta pengairan tempat mandi dan wudhu yang bisa menunjang kebutuhan aktivitas kami selama dalam pengungsian ini.
Setelah satu bulan berlalu walau susualan terkadang datang lagi dalam sekala kecil masyarakat mulai beranikan diri untuk pulang dalam ramka melihat keadaan rumah serta menyelmatkan barang barang yang masih bisa di gunakan intuk di bawa ke posko pengungsian.



Hari demi hari Malam demi malam kami merasakan kehidupan di pengungsian malam kedinginan siang kepanasan dan karna posko pengungsian kami berada di tepi sawah dan dekat kebun malam terasa sunyi dan mencekam terkadang masyarakat  mengatakan sering melihat hantu di tempat itu dan juga anak anak sering di ganggu nya mereka menangis setelah mereka melihat hantunya.
Di dalam pengungsian kebersaman kekeluargaan sangat kami junjung tinggi karna kami sama sama merasakan suka duka berbagi rasa sakit dan rasa senang berkumpul di sana berbaur menjadi satu. saling rangkul dalam suasana itu dalam membangun desa kembali agar bangkit dari keteepurukan ini.
Selama kurang lebih 3 bulan masyarakat mulai beranikan diri berpindah untuk pulang kerumah masing masing untuk membangun rumak bedek dari berugak (gazebo) yang mereka miliki. Kebetulan di kampung kami setiap anggota keluarga memiliki satu persatu berugak yang berhadapan dengan rumah mereka.
Bagi yang masih takut untuk pulang kerumah dari pihak rumah zakat membangumkan shalter pengungsian bagi mereka.yang layak huni bagi setiap masyarakat terutama di pruntukkan bagi orang tua jompo dan ibu yang memiliki anak kecil.
Setelah pergerakan gempa bumi mulai hilang,  kurang lebih selama 5 bulan itu kami sudah mulai meninggalkan posko pengungsian  dan pulang kerumah masing masing agar bisa membangun prekonomian desa lagi khususnua rumah tangga. Dan harapan kami semoga gempa bumi ini kita tak lupa memberikan kita sipat sombong akan bencana yang telah berlalu ini. Kita jadikan gempa bumi ini menjadi teguran dari sang pencipta agar kita sadar bahwa kita tak ada apa apanya di matanya sehingga kita perlu berbenah diri dan tidak boleh sombong.

foto dokumentasi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar